Nah Ini Dia :Perawan Kok Anaknya Tiga?
Perawan Kok Anaknya Tiga?
Paling repot, begitu diklaim Hardo, 38, suami terdahulu, kini Mahmudi jadi repot terbawa-bawa urusan polisi.
Kata Kus Plus, paling enak jadi bujangan, ke mana-mana tak ada yang ngelarang. Kalau jadi bujangan tua, apanya yang enak? Di samping setiap malam kedinginan tidur sendirian, meski ke mana-mana tak dilarang, tapi segala urusan kan harus diselesaikan sendiri. Paling celaka, sudah kawinnya telat bin terlambat, ketemu istri yang tidak jujur dan akhirnya malah merongrong suami.
Mungkin lelaki apes itu adalah Mahmudi, warga Kecamatan Prabumulih Timur. Baru enak-enaknya punya istri baru setelah sekian tahun “puasa” , eh tahu-tahu dipanggil polisi karena ternyata menikahi wanita yang masih jadi bini orang. Padahal mestinya, belum sampai jadi suami istri pun Mahmudi mestinya bisa membedakan mana wanita yang masih single dan mana yang sudah longset!
Kisah ini bermula dari kehidupan rumahtangga Siti warga Gunung Terang yang tidak beruntung. Punya suami Hardo, ternyata menjadi penganggur abadi. Dulu memang pernah kerja, tapi begitu kena PHK, tak pernah lagi bisa mencari pekerjaan yang bener. Namun uniknya, meski cari kerja tak becus, ngerjain bini hobi banget. Maka dalam 8 tahun perkawinannya, tiga anak lahir sebagai hasil kerjasama nirlaba tersebut.
Untungnya Siti termasuk wanita yang lincah, artinya dia bisa cari penghasilan sendiri, sehingga keluarga tidak terlantar. Tapi punya suami yang statusnya hanya menjadi “pejantan” dan sekedar membuahi istri, lama-lama capek deh…. Maka setelah habis kesabarannya, dia pun menggugat cerai ke Pengadilan Agama. Tapi karena Hardo masih sayang pada istri dan anak-anak, PA Prabumulih (Sumsel) tak pernah mengabulkan.
Sementara Siti jenuh bin bosan dengan suami, dia berkenalan dengan Mahmudi yang perjaka tua. Tua umur rupanya lelaki ini tak banyak pengalaman. Soalnya, ketika Siti mengaku perawan, percaya saja. Padahal dari pisik pun kan sudah kelihatan, mana perawan dan mana yang sudah pernah punya suami dan sudah turun mesin. Karena keawamannya soal liku-liku wanita, Mahmudi setuju saja diajak naik pelaminan.
Itulah Mahmudi, sebagai perjaka tua dia ketika pacaran tak juga pernah mau “studi banding” atas calon istrinya. Dengan alasan dosa, selama pacaran juga sekedar jalan bareng dan makan bareng. Yang namanya main senggol dan raba, sama sekali tidak pernah, sehingga bagi Mahmudi tahunya Siti ini masih tangan pertama. Begitu ketika prosesi “serangan umum” non satu Maret 1949, dia juga tak sadar bahwa telah dibodohi oleh Siti yang mengaku perawan. Tahunya Mahmudi, perawan atau bukan sama saja enaknya.
Dia baru ngeh ketika beberapa hari lalu polisi datang mengusut Siti dengan tuduhan menikah lagi meski masih punya suami. Setelah dibawa ke Polres Prabumulih, barulah sadar akan kebodohannya. Karena di situ ada
Hardo yang menuntut Siti, termasuk juga dirinya. Siti dipersalahkan menikah lagi dengan mengaku perawan, sedangkan Mahmudi, menikahi wanita yang masih punya suami. “Saya nggak tahu kalau Siti sudah punya suami dan anak kok Pak,” kilahnya di depan polisi.
Ibarat bulutangkis, memangnya bolanya nyangkut di net juga? (SP/Gunarso TS)
Seja o primeiro a comentar
Posting Komentar